Minggu, 11 Juni 2017

Teknik dan Budidaya Penanaman Padi SRI (System of Rice Intensification) Organik

Teknik dan Budidaya Penanaman Padi SRI
(System of Rice Intensification) Organik
Sejarah SRI
SRI, kependekan dari System of Rice Intensification adalah salah satu inovasi metode budidaya padi yang dikembangkan sejak 1980-an oleh pastor sekaligus agrikulturis Perancis, Fr. Henri de Laulanie, yang ditugaskan di Madagaskar sejak 1961. Awalnya SRI adalah singkatan dari "systeme de riziculture intensive" dan pertama kali muncul di jurnal Tropicultura tahun 1993. Saat itu, SRI hanya dikenal setempat dan penyebarannya terbatas. Sejak akhir 1990-an, SRI mulai mendunia sebagai hasil usaha tidak pantang menyerah Prof. Norman Uphoff, mantan direktur Cornell International Institute for Food, Agriculture and Development (CIIFAD). Tahun 1999, untuk pertama kalinya SRI diuji di luar Madagaskar yaitu di China dan Indonesia. Sejak itu, SRI diuji coba di lebih dari 25 negara dengan hasil panen berkisar 7-10 t/ha.
Konsep dasar SRI adalah: (a) pindah tanam satu bibit per lubang, usia sangat muda (7-14 hari setelah semai) dengan jarak tanam longgar (30 cm x 30 cm) dan (b) pemberian air irigasi terputus-putus tanpa penggenangan di petak sawah. Apabila konsep dasar dan metoda SRI diterapkan secara benar, maka akan diperoleh panen padi lebih besar walaupun dengan mengurangi input eksternal (air, pupuk kimia dan sebagainya). Tahun 1997, Dr. Uphoff memberikan presentasi SRI di Bogor, Indonesia; untuk pertama kalinya SRI dipresentasikan di luar Madagaskar. Tahun 1999, Badan Penelitian Tanaman Padi (Indonesian Agency for Agricultural Research and Development = IAARD) melaksanakan pengujian dan evaluasi SRI di pusat penelitiannya di Sukamandi, jawa Barat. Hasilnya panen dengan metode SRI sebesar 6.2 t/ha sedangkan hasil dari petak kontrolnya 4.1 t/ha, peningkatan hasil66, 12%.

Prinsip Budidaya Padi Metode SRI
1. Tanam bibit muda berusia kurang dari 12 hari setelah semai (hss) ketika bibit masih berdaun 2 helai.  
2. Tanam bibit satu lubang satu bibit dengan jarak tanam lebar 30x30 em, 35x35 em atau lebih jarang lagi.
3. Pindah tanam harus segera mungkin (kurang 30 menit) dan harus hati-hati agar akar tidak putus dan ditanam dangkal.
4. Pemberian air maksimum 2 em (maeak-maeak) dan periode tertentu dikeringkan sampai peeah (irigasi berselanglterputus). .
5. Penyiangan sejak awal sekitar umur 10 hari dan diulang 2 - 3 kali dengan interval 10 hari. Sedapat mungkin menggunakan pupuk organik dan pestisida organik.

Keunggulan Metode SRI
1. Tanaman hemat air, selama pertumbuhan dari mulai tanam sampai panen pemberian air maksimum 2 em paling baik maeak-maeak sekitar 5 mm dan ada periode pengeringan sampai tanah retak (irigasi terputus).
2. Hemat biaya, hanya butuh benih 5 kglha, tidak butuh biaya peneabutan bibit, tidak butuh biaya pindah bibit, tenaga tanam berkurang, dan lain-lain.
3. Hemat waktu ditanam bibit muda 5 - 12 hari setelah semai, dan waktu panen akan lebih awal.
4. Produksi meningkat mencapai 11 ton/ha.
5. Ramah lingkungan, secara bertahap penggunaan pupuk kimia (urea, Sp36, KCI) akan dikurangi dan digantikan dengan mempergunakan pupuk organik (kompos, kandang dan MOL), begitu juga penggunaan pestisida.

Teknis Budidaya SRI
PENGOLAHAN TANAH
Untuk mendapatkan media tumbuh metode tanam padi SRI yang baik, maka lahan diolah seperti menanam padi metode biasa yaitu tanah dibajak sedalam 25 sampai 30 em sambil membenamkan sisa-sisa tanaman dan rumputrumputan, kemudian digemburkan dengan garu,' lalu diratakan sebaik mungkin sehingga saat diberikan air ketinggiannya di petakan sawah akan merata.
PARIT
Pada petak SRI perlu dibuat parit keliling dan melintang petak untuk membuang kelebihan air. Letak dan jumlah parit pembuang disesuaikan dengan bentuk dan ukuran petak, serta dimensi saluran irigasi.
PEMILIHAN BENIH YANG BAlK
Untuk mendapatkan benih yang bermutu baik atau bernas, dengan metode SRI, harus terlebih dahulu diadakan pengujian benih. Pengujian benih dilakukan dengan eara penyeleksian menggunakan larutan air garam, yang langkah-Iangkahnya adalah sebagai berikut:
• Masukkan air bersih ke dalam ember/panei, kemudian berikan garam dan aduk sampai larut. Masukkan telur itik bebek yang mentah ke dalam larutan garam ini. Jika telur itik belum mengapung maka perlu penambahan garam kembali. Pemberian garam dianggap eukup apabila posisi telur itik mengapung pada permukaan larutan garam.·
• Masukkan benih padi yang akan diuji ke dalam ember/panei yang berisi larutan garam. Aduk benih padi selama kira-kira satu menit.
• Pisahkan benih yang mengambang dengan yang tenggelam. Benih yang tenggelam adalah benih yang bermutu baik atau bernas.
• Benih yang baik atau bernas ini, kemudian dicuci dengan air biasa sampai bersih. Dengan indikasi bila digigit, benih sudah tidak terasa garam.

PERENDAMAN BENIH
Benih yang telah diuji tersebut, kemudian direndam dengan menggunakan air biasa. Perendaman ini bertujuan untuk melunakkan sekam gabah sehingga dapat mempercepat benih untuk berkeeambah. Perendaman dilakukan selama 24 sampai 48 jam.

PENGANGINAN BENIH
Benih yang telah direndam kemudian diangkat dan dimasukkan ke dalam karung yang berpori-pori atau wadah tertentu dengan tujuan untuk memberikan udara masuk ke dalam benih padi, dan kemudian disimpan di tempat yang lembab. Penganginan dilakukan selama 24 jam.

PERSEMAIAN BENIH
Persemaian dengan metode SRI, dilakukan dengan mempergunakan nare atau tampah atau besek atau juga di hamparan sawah, hal ini dimaksudkan untuk mempermudah penanaman.
Pembuatan media persemaian dengan metode SRI dapat dilakukan dengan langkah-Iangkah sebagai berikut:
1. Mencampur tanah, pasir dengan pupuk organik dengan perbandingan 1:1 :1.
2. Sebelum nare atau tampah tempat pembibitan diisi dengan tanah, pasir yang sudah dicampur dengan pupuk organik terlebih dahulu dilapisi dengan daun pisang dengan harapan untuk mempermudah peneabutan dan menjaga kelembaban tanah, kemudian tanah dimasukkan dan disiram dengan air sehingga tanah menjadi lembab.
3. Benih yang sudah dianginkan ini, ditaburkan ke dalam nare yang berisi tanah.
4. Setelah benih ditabur, kemudian ditutup dengan lapisan tanah yang tipis.
5. Persemaian dapat diletakkan pada tempat-tempat tertentu yang aman dari gangguan ayam atau binatang lain.
6. Selama masa persemaian, pemberian air dapat dilakukan setiap hari agar media tetap lembab dan tanaman tetap segar.

PENYAPLAKAN
Sebelum penanaman terlebih dahulu dilakukan penyaplakan dengan memakai caplak agar jarak tanam pada areal persawahan menjadi lurus dan rapi sehingga mudah untuk disiang. Caplak berfungsi sebagai penggaris dengan jarak tertentu. Variasi jarak tanam diantaranya: Jarak tanam 30 em x 30 em, 35 em x 35 em, atau jarak tertentu lainnya. Penyaplakan dilakukan seeara memanjang dan melebar. Setiap pertemuan garis hasi Igaris penyaplakan adalah tempat untuk penanaman 1 bibit padi.

PENANAMAN DENGAN METODE SRI
Penanaman dengan metode SRI dilakukan dengan langkah-Iangkah sebagai berikut:
1. Bibit yang ditanam harus berusia muda, yaitu kurang dari 12 hari setelah semai yaitu ketika bibitmasih berdaun 2 helai.
2. Bibit padi ditanam tunggal atau satu bibit perlubang
3. Penanaman harus dangkal dengan kedalaman 1 -1,5 em serta perakaran saat penanaman seperti huruf l dengan kondisi tanah sawah saat penanaman tidak tergenang air.

PEMUPUKAN
Pemupukan dilakukan secara organik denga menggunakan Mol. Mol yang disemprotkan terbuat dari bahan-bahan sebagai berikut:
1. Penyemprotan I, di lakukan pada saat umur 10 HST, dengan mempergunakan mol yang terbuat dari daun gamal, dengan dosis 14 liter/ha.
2. Penyemprotan II, dilakukan pada saat umur 20 HST, dengan mempergunakan mol yang terbuat dari batang pisang, dengan dosis 30 liter/ha.
3. Penyemprotan III, dilakukan pada saat umur 30 HST, dengan mempergunakan mol yang terbuat dari urine sapi, dengan dosis 30 liter/ha.
4. Penyemprotan IV, dilakukan pada saat umur 40 HST, dengan mempergunakan mol yang terbuat dari batang pisang, dengan dosis 30 liter/ha.
5. Penyemprotan V, dilakukan pada saat umur 50 HST, dengan mempergunakan mol yang terbuat dari serabut kelapa, dengan dosis 30 liter/ha.
6. Penyemprotan VI, dilakukan pada saat umur 60 HST, dengan mempergunakan mol yang terbuat dari buah-buahan dan sayur-sayuran, dengan dosis 30 liter/ha
7. Penyemprotan VI, dilakukan pada saat umur 70 HST, dengan mempergunakan mol yang terbuat dari terasi, dengan dosis 30 liter/ha
8. Penyemprotan VI, dilakukan pada saat umur 80 HST, dengan mempergunakan mol yang terbuat dari terasi, dengan dosis 30 liter/ha

PEMBERIAN AIR
Pemberian air, dengan eara terputus-putus (intermitten) dengan ketinggian air di petakan sawah maksimum 2 em, paling baik maeak-maeak (0,5 em). Pada periode tertentu petak sawah harus dikeringkan sampai pecah-pecah. Pemberian air terlalu tinggi akan menyebabkan pertumbuhan akar terganggu dan pertumbuhan tunas tidak optimal.

PENYIANGAN
Penyiangan, (ngosrok/matun) dilakukan dengan mempergunakan alat penyiang jenis landak atau rotary weeder seperti yang dikembangkan DISIMP, atau dengan alat jenis apapun dengan tujuan untuk membasmi gulma dan sekaligus penggemburan tanah. Penyiangan dengan ngosrok atau mempergunakan rotary weeder, selain dapat mencabut rumput, juga dapat menggemburkan tanah di celah-celah tanaman padi. Penggemburan tanah bertujuan agar tercipta kondisi aerob di dalam tanah yang dapat berpengaruh baik bagi akar-akar tanaman padi yang ada di dalam tanah. Penyiangan minimal 3 kali. Penyiangan pertama dilakukan pada umur 10 hari setelah tanam dan selanjutnya penyiangan kedua dilakukan pada umur 20 HST. Penyiangan ketiga pada umur 30 HST dan penyiangan keempat pada umur 40 HST.
Pengendalian hama dilakukan sebagai berikut :
a. Pengendalian hama trip, mempergunakan pestisida nabati yang terbuat dari daun sere dan bawang putih.
b. Pengendalian belalang, penggerek batang mempergunakan pestisida nabati yang terbuat dari buah mahoni, daun tembakau dan daun suren. Pengendalian wereng, mempergunakan pestisida nabati dan hewani yang terbuat dari daun.1"aitan, daun tembakau dan urine sapi yang sudah difermentasi.

PANEN

Panen dilakukan setelah tanaman tua ditandai dengan menguningnya bulirsecara merata. Bulir padi juga tidak akan berair apabila dicoba untuk digigit. Panen dengan metode SRI biasanya lebih awal dibandingkan dengan metode biasa, dihitung dari mulai persemaian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

laporan praktikum genetika tumbuhan variasi genetik

LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA TUMBUHAN oleh, NURUL HIDAYATUN NAJAH 1604020010 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKU...