Teknik dan
Budidaya Penanaman Padi SRI
(System of Rice
Intensification) Organik
Sejarah
SRI
SRI,
kependekan dari System of Rice Intensification adalah salah satu inovasi metode
budidaya padi yang dikembangkan sejak 1980-an oleh pastor sekaligus agrikulturis
Perancis, Fr. Henri de Laulanie, yang ditugaskan di Madagaskar sejak 1961.
Awalnya SRI adalah singkatan dari "systeme de riziculture intensive"
dan pertama kali muncul di jurnal Tropicultura tahun 1993. Saat itu, SRI hanya
dikenal setempat dan penyebarannya terbatas. Sejak akhir 1990-an, SRI mulai
mendunia sebagai hasil usaha tidak pantang menyerah Prof. Norman Uphoff, mantan
direktur Cornell International Institute for Food, Agriculture and Development
(CIIFAD). Tahun 1999, untuk pertama kalinya SRI diuji di luar Madagaskar yaitu
di China dan Indonesia. Sejak itu, SRI diuji coba di lebih dari 25 negara
dengan hasil panen berkisar 7-10 t/ha.
Konsep
dasar SRI adalah: (a) pindah tanam satu bibit per lubang, usia sangat muda
(7-14 hari setelah semai) dengan jarak tanam longgar (30 cm x 30 cm) dan (b)
pemberian air irigasi terputus-putus tanpa penggenangan di petak sawah. Apabila
konsep dasar dan metoda SRI diterapkan secara benar, maka akan diperoleh panen
padi lebih besar walaupun dengan mengurangi input eksternal (air, pupuk kimia
dan sebagainya). Tahun 1997, Dr. Uphoff memberikan presentasi SRI di Bogor,
Indonesia; untuk pertama kalinya SRI dipresentasikan di luar Madagaskar. Tahun
1999, Badan Penelitian Tanaman Padi (Indonesian Agency for Agricultural
Research and Development = IAARD) melaksanakan pengujian dan evaluasi SRI di
pusat penelitiannya di Sukamandi, jawa Barat. Hasilnya panen dengan metode SRI
sebesar 6.2 t/ha sedangkan hasil dari petak kontrolnya 4.1 t/ha, peningkatan
hasil66, 12%.
Prinsip
Budidaya Padi Metode SRI
1. Tanam
bibit muda berusia kurang dari 12 hari setelah semai (hss) ketika bibit masih
berdaun 2 helai.
2. Tanam
bibit satu lubang satu bibit dengan jarak tanam lebar 30x30 em, 35x35 em atau
lebih jarang lagi.
3. Pindah
tanam harus segera mungkin (kurang 30 menit) dan harus hati-hati agar akar
tidak putus dan ditanam dangkal.
4.
Pemberian air maksimum 2 em (maeak-maeak) dan periode tertentu dikeringkan
sampai peeah (irigasi berselanglterputus). .
5.
Penyiangan sejak awal sekitar umur 10 hari dan diulang 2 - 3 kali dengan
interval 10 hari. Sedapat mungkin menggunakan pupuk organik dan pestisida
organik.
Keunggulan
Metode SRI
1. Tanaman
hemat air, selama pertumbuhan dari mulai tanam sampai panen pemberian air
maksimum 2 em paling baik maeak-maeak sekitar 5 mm dan ada periode pengeringan
sampai tanah retak (irigasi terputus).
2. Hemat
biaya, hanya butuh benih 5 kglha, tidak butuh biaya peneabutan bibit, tidak
butuh biaya pindah bibit, tenaga tanam berkurang, dan lain-lain.
3. Hemat
waktu ditanam bibit muda 5 - 12 hari setelah semai, dan waktu panen akan lebih
awal.
4.
Produksi meningkat mencapai 11 ton/ha.
5. Ramah
lingkungan, secara bertahap penggunaan pupuk kimia (urea, Sp36, KCI) akan
dikurangi dan digantikan dengan mempergunakan pupuk organik (kompos, kandang
dan MOL), begitu juga penggunaan pestisida.
Teknis
Budidaya SRI
PENGOLAHAN
TANAH
Untuk
mendapatkan media tumbuh metode tanam padi SRI yang baik, maka lahan diolah
seperti menanam padi metode biasa yaitu tanah dibajak sedalam 25 sampai 30 em
sambil membenamkan sisa-sisa tanaman dan rumputrumputan, kemudian digemburkan
dengan garu,' lalu diratakan sebaik mungkin sehingga saat diberikan air
ketinggiannya di petakan sawah akan merata.
PARIT
Pada petak
SRI perlu dibuat parit keliling dan melintang petak untuk membuang kelebihan
air. Letak dan jumlah parit pembuang disesuaikan dengan bentuk dan ukuran
petak, serta dimensi saluran irigasi.
PEMILIHAN
BENIH YANG BAlK
Untuk
mendapatkan benih yang bermutu baik atau bernas, dengan metode SRI, harus
terlebih dahulu diadakan pengujian benih. Pengujian benih dilakukan dengan eara
penyeleksian menggunakan larutan air garam, yang langkah-Iangkahnya adalah
sebagai berikut:
• Masukkan
air bersih ke dalam ember/panei, kemudian berikan garam dan aduk sampai larut.
Masukkan telur itik bebek yang mentah ke dalam larutan garam ini. Jika telur
itik belum mengapung maka perlu penambahan garam kembali. Pemberian garam
dianggap eukup apabila posisi telur itik mengapung pada permukaan larutan
garam.·
• Masukkan
benih padi yang akan diuji ke dalam ember/panei yang berisi larutan garam. Aduk
benih padi selama kira-kira satu menit.
• Pisahkan
benih yang mengambang dengan yang tenggelam. Benih yang tenggelam adalah benih
yang bermutu baik atau bernas.
• Benih
yang baik atau bernas ini, kemudian dicuci dengan air biasa sampai bersih.
Dengan indikasi bila digigit, benih sudah tidak terasa garam.
PERENDAMAN
BENIH
Benih yang
telah diuji tersebut, kemudian direndam dengan menggunakan air biasa. Perendaman
ini bertujuan untuk melunakkan sekam gabah sehingga dapat mempercepat benih
untuk berkeeambah. Perendaman dilakukan selama 24 sampai 48 jam.
PENGANGINAN
BENIH
Benih yang
telah direndam kemudian diangkat dan dimasukkan ke dalam karung yang berpori-pori
atau wadah tertentu dengan tujuan untuk memberikan udara masuk ke dalam benih
padi, dan kemudian disimpan di tempat yang lembab. Penganginan dilakukan selama
24 jam.
PERSEMAIAN
BENIH
Persemaian
dengan metode SRI, dilakukan dengan mempergunakan nare atau tampah atau besek
atau juga di hamparan sawah, hal ini dimaksudkan untuk mempermudah penanaman.
Pembuatan
media persemaian dengan metode SRI dapat dilakukan dengan langkah-Iangkah
sebagai berikut:
1. Mencampur
tanah, pasir dengan pupuk organik dengan perbandingan 1:1 :1.
2. Sebelum
nare atau tampah tempat pembibitan diisi dengan tanah, pasir yang sudah dicampur
dengan pupuk organik terlebih dahulu dilapisi dengan daun pisang dengan harapan
untuk mempermudah peneabutan dan menjaga kelembaban tanah, kemudian tanah
dimasukkan dan disiram dengan air sehingga tanah menjadi lembab.
3. Benih
yang sudah dianginkan ini, ditaburkan ke dalam nare yang berisi tanah.
4. Setelah
benih ditabur, kemudian ditutup dengan lapisan tanah yang tipis.
5.
Persemaian dapat diletakkan pada tempat-tempat tertentu yang aman dari gangguan
ayam atau binatang lain.
6. Selama
masa persemaian, pemberian air dapat dilakukan setiap hari agar media tetap
lembab dan tanaman tetap segar.
PENYAPLAKAN
Sebelum
penanaman terlebih dahulu dilakukan penyaplakan dengan memakai caplak agar
jarak tanam pada areal persawahan menjadi lurus dan rapi sehingga mudah untuk
disiang. Caplak berfungsi sebagai penggaris dengan jarak tertentu. Variasi
jarak tanam diantaranya: Jarak tanam 30 em x 30 em, 35 em x 35 em, atau jarak
tertentu lainnya. Penyaplakan dilakukan seeara memanjang dan melebar. Setiap
pertemuan garis hasi Igaris penyaplakan adalah tempat untuk penanaman 1 bibit
padi.
PENANAMAN
DENGAN METODE SRI
Penanaman
dengan metode SRI dilakukan dengan langkah-Iangkah sebagai berikut:
1. Bibit
yang ditanam harus berusia muda, yaitu kurang dari 12 hari setelah semai yaitu
ketika bibitmasih berdaun 2 helai.
2. Bibit
padi ditanam tunggal atau satu bibit perlubang
3.
Penanaman harus dangkal dengan kedalaman 1 -1,5 em serta perakaran saat penanaman
seperti huruf l dengan kondisi tanah sawah saat penanaman tidak tergenang air.
PEMUPUKAN
Pemupukan dilakukan secara organik denga menggunakan Mol. Mol yang
disemprotkan terbuat dari bahan-bahan sebagai berikut:
1. Penyemprotan
I, di lakukan pada saat umur 10 HST, dengan mempergunakan mol yang terbuat dari
daun gamal, dengan dosis 14 liter/ha.
2.
Penyemprotan II, dilakukan pada saat umur 20 HST, dengan mempergunakan mol yang
terbuat dari batang pisang, dengan dosis 30 liter/ha.
3.
Penyemprotan III, dilakukan pada saat umur 30 HST, dengan mempergunakan mol
yang terbuat dari urine sapi, dengan dosis 30 liter/ha.
4.
Penyemprotan IV, dilakukan pada saat umur 40 HST, dengan mempergunakan mol yang
terbuat dari batang pisang, dengan dosis 30 liter/ha.
5.
Penyemprotan V, dilakukan pada saat umur 50 HST, dengan mempergunakan mol yang
terbuat dari serabut kelapa, dengan dosis 30 liter/ha.
6.
Penyemprotan VI, dilakukan pada saat umur 60 HST, dengan mempergunakan mol yang
terbuat dari buah-buahan dan sayur-sayuran, dengan dosis 30 liter/ha
7.
Penyemprotan VI, dilakukan pada saat umur 70 HST, dengan mempergunakan mol yang
terbuat dari terasi, dengan dosis 30 liter/ha
8.
Penyemprotan VI, dilakukan pada saat umur 80 HST, dengan mempergunakan mol yang
terbuat dari terasi, dengan dosis 30 liter/ha
PEMBERIAN
AIR
Pemberian
air, dengan eara terputus-putus (intermitten) dengan ketinggian air di petakan
sawah maksimum 2 em, paling baik maeak-maeak (0,5 em). Pada periode tertentu
petak sawah harus dikeringkan sampai pecah-pecah. Pemberian air terlalu tinggi
akan menyebabkan pertumbuhan akar terganggu dan pertumbuhan tunas tidak
optimal.
PENYIANGAN
Penyiangan,
(ngosrok/matun) dilakukan dengan mempergunakan alat penyiang jenis landak atau
rotary weeder seperti yang dikembangkan DISIMP, atau dengan alat jenis apapun
dengan tujuan untuk membasmi gulma dan sekaligus penggemburan tanah. Penyiangan
dengan ngosrok atau mempergunakan rotary weeder, selain dapat mencabut rumput,
juga dapat menggemburkan tanah di celah-celah tanaman padi. Penggemburan tanah
bertujuan agar tercipta kondisi aerob di dalam tanah yang dapat berpengaruh
baik bagi akar-akar tanaman padi yang ada di dalam tanah. Penyiangan minimal 3
kali. Penyiangan pertama dilakukan pada umur 10 hari setelah tanam dan
selanjutnya penyiangan kedua dilakukan pada umur 20 HST. Penyiangan ketiga pada
umur 30 HST dan penyiangan keempat pada umur 40 HST.
Pengendalian
hama dilakukan sebagai berikut :
a.
Pengendalian hama trip, mempergunakan pestisida nabati yang terbuat dari daun
sere dan bawang putih.
b.
Pengendalian belalang, penggerek batang mempergunakan pestisida nabati yang
terbuat dari buah mahoni, daun tembakau dan daun suren. Pengendalian wereng,
mempergunakan pestisida nabati dan hewani yang terbuat dari daun.1"aitan,
daun tembakau dan urine sapi yang sudah difermentasi.
PANEN
Panen
dilakukan setelah tanaman tua ditandai dengan menguningnya bulirsecara merata.
Bulir padi juga tidak akan berair apabila dicoba untuk digigit. Panen dengan
metode SRI biasanya lebih awal dibandingkan dengan metode biasa, dihitung dari
mulai persemaian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar