LAPORAN PRAKTIKUM
GENETIKA TUMBUHAN

oleh,
NURUL HIDAYATUN NAJAH
1604020010
PROGRAM
STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2017
Sabtu,
13 Mei 2017
PERKECAMBAHAN
POLEN
I.
TUJUAN
Tujuan
dari dilakukan praktikum ini adalah untuk :
1. Mengetahui
proses perkecambahan serbuk sari.
2. Mengetahui
tentang viabilitas serbuk sari.
3. Mengamati
perkecambahan serbuk sari pada berbagai macam konsentrasi larutan sukrosa
secara in vitro.
4. Mengetahui
pengaruh perbedaan konsentrasi larutan sukrosa terhadap perkecambahan serbuk
sari.
II.
DASAR
TEORI
Sebutir
polen (pollen grain) adalah sebuah sel yang hidup dan mempunyai inti (nucleus)
serta protoplasma, yang terbungkus oleh dinding sel. Dinding sel itu terdiri
atas dua lapis, yaitu lapisan dalam (intine) yang tipis serta lunak
seperti selaput dan lapisan luar (axine) yang tebal dan keras untuk
melindungi seluruh isi butir polen (Darjanto dan Satifah, 1982).
Penyerbukan
(pollination) adalah jatuhnya tepung sari pada kepala putik. Setelah terjadi
penyerbukan, butir tepung sari mengalami dua kali pembelahan meiosis dan
menghasilkan empat mikrospora yang haploid. Selanjutnya, mikrospora mengalami
pembelahan menghasilkan dua inti haploid. Proses pertumbuhan buluh sari (pollen
tube), satu dari dua inti tersebut membelah secara mitosis menghasilkan inti
generatif I dan inti generatif II. Satu inti lain tidak membelah, tetapi tumbuh
menjadi inti buluh (tube nucleus) yang mengantarkan kedua inti generatif I dan
II menuju mikrofil untuk pembuahan (Mangoendidjojo, 2003).
Serbuk sari
memiliki dinding tahan, yang disini disebut sporoderm
. Lapisan sporoderm terdiri dari dua
kompleks yaitu intine bagian dalam
dan luarexine. Mengelilingi sel
sepenuhnya, tetapi biasanya lembut dan tidak terlalu tahan lama. Terdiri dari
dua atau tiga lapisan, dimana terluar memiliki kandungan pektin tinggi yang
memungkinkan mudah detasemenexine tersebut. Lapisan dalam terutama terdiri dari
fibril selulosa .Selama perkecambahan inti serbuk sari tumbuh. Butir tepung
sari mengalami dua kali pembelahan meiosis dan menghasilkan empat mikrospora
yang haploid. Selanjutnya, mikrospora mengalami pembelahan menghasilkan dua
inti haploid. Proses pertumbuhan buluh sari (pollen tube), satu dari dua inti tersebut membelah secara mitosis
menghasilkan inti generatif I dan inti generatif II. Satu inti lain tidak
membelah, tetapi tumbuh menjadi inti buluh (tube
nucleus) yang mengantarkan kedua inti generatif I dan II menuju mikrofil
untuk pembuahan (Widiastuti, 2008).
Serbuk sari
akan berkecambah pada permukaan kepala putik dan membentuk
suatu tabung sari. Tabung sari ini akan tumbuh melalui jaringan tangkai putik
menuju ke bakal biji. Di dalam kantong embrio akan terjadi pembuahan ganda
yaitu satu gamet jantan dari tabung sari akan bergabung dengan sel telur
membentuk embrio danyang satunya bergabung dengan inti kutub membentuk
endosperm (Sutopo, 2010).
Jika polen sesuai (compatible), polen akan
berkecambah pada kepala putik dan membentuk sebuah tabung polen yang akan
membawa gamet jantan pada gametofit betina. Senyawa protein yang terdapat pada
awal pembentukan polen disebut Lectin, berada dalam lapisan luar (exine)
dan lapisan dalam (intine). Lectin berperan penting dalam
mekanisme mengenali antara putik-polen. Namun bila polen tidak sesuai (incompatible),
pertumbuhan tabung polen akan tertahan dalam jaringan pemindah (Anjelina,
2009).
Ada beberapa
hal yang dapat mempengaruhi tingkat keberhasilan, yaitu serbuk sari yang baik
diperoleh dari kuncup bunga yang telah dewasa (hampirmekar). Pada saat itu ruang sari belum pecah dan berisi penuh
dengan serbuk sari dengan daya tumbuh yang tinggi. Serbuk sari makin lama
berada di alam bebas makin berkurang daya pertumbuhannya sampai suatu saat
tidak dapat tumbuh sama sekali. Kemampuan ini disebut dengan viabilitas serbuk
sari (Perveen, 2007).
Serbuk sari
dinyatakan viable apabila mampu menunjukkan kemampun atau fungsinya
menghantarkan sperma ke kandung lembaga, setelah terjadinya penyerbukan. Serbuk
sari dapat kehilangan viabilitasnya pada suatu periode waktu tertentu.
Hilangnyaa viabilitas sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, terutama suhu
dan kelembaban relative. Serbuk sari segar menunjukkan kemampuan berkecambah
85-90% (Issirep et al, 1995).
Penyimpanan
polen diperlukan jika tanaman yang akan disilangkan memiliki waktu masak yang
berbeda, sehingga pollen perlu disimpan dalam jangka waktu tertentu untuk
memastikan kesegarannya sebelum digunakan untuk menyerbuki kepala putik.
Penyimpanan pollen juga diperlukan jika tanaman yang akan disilangkan memiliki
lokasi berjauhan. Mengkoleksi butiran polen pada kondisi viable merupakan
persyaratan utama untuk menjamin kesegaran polen dalam jangka waktu yang cukup
panjang. Polen yang dikoleksi pada masa awal berbunga, pertengahan masa
berbunga atau akhir masa berbunga, akan memiliki variasi lamanya polen dapat
disimpan. Polen yang dikoleksi pada pagi, siang atau sore juga berespon berbeda
terhadap lama penyimpanan. Umumnya, polen yang diambil segera setelah bunga
mekar akan memiliki daya simpan terbaik (Shivanna and Rangaswamy, 1992).
Penyimpanan serbuk sari adalah teknik penting untuk program pelestarian plasma
nutfah dan pemuliaan. Selama periode penyimpanan, factor-faktor seperti suhu
dan kelembaban berpengaruh pada panjang umur serbuk sari (Mortazavi et al,
2010).
III.
ALAT
DAN BAHAN
Alat: 1.
Larutan sukrosa (0 ; 10; 20; 30) %
2. Tusuk gigi
3. Gelas object
4. Gelas penutup
5. Mikroskop cahaya
6. Pipet tetes
Bahan: 1. Bunga Pukul Delapan
IV.
CARA
KERJA
1. Meneteskan
larutan sukrosa ke gelas object
2. Mengambil
serbuk sari dari kepala sari bunga pukul delapan menggunakan tusuk gigi
3. Meletakkan
serbuk sari ke gelas object yang telah berisi larutan sukrosa dan menutupnya
dengan gelas penutup
4. Mendiamkan
serbuk sari dalam gelas object tersebut selama 30 menit
5. Mengamati
serbuk sari di bawah mikroskop
6. Menggambar
hasil pengamatan dan mencatat jumlah serbuk sari yang berkecambah
(langkah diatas dilakukan pada setiap larutan sukrosa yang konsentrasinya
berbeda yaitu 0%, 10%, 20%, dan 30 %)
V.
HASIL
PENGAMATAN
Terlampir
VI.
PEMBAHASAN
Pada
praktikum ini dilakukan pengamatan perkecambahan serbuk sari dengan konsentrasi
larutan sukrosa yang berbeda. Tujuannya adalah untuk mengetahui bagaimana
perkecambahan serbuk sari yang berada pada konsentrasi larutan sukrosa yang
berbeda secara in vitro. Konsentrasi larutan sukrosa yang digunakan yaitu 0%, 10%, 20%, dan 30 %.
Serbuk sari atau polen adalah sebuah sel yang hidup dan mempunyai inti (nucleus)
serta protoplasma, yang terbungkus oleh dinding sel. Dinding sel itu terdiri
atas dua lapis, yaitu lapisan dalam (intine) yang tipis serta lunak
seperti selaput dan lapisan luar (axine) yang tebal dan keras untuk
melindungi seluruh isi butir polen. Kepala putik yang telah masak biasanya
mengeluarkan lendir yang mengandung gula (sukrosa) dan zat-zat lain yang
diperlukan untuk perkecambahan serbuk sari. Apabila serbuk sari jatuh diatas
kepala putik, maka dalam keadaan normal akan menyerap cairan yang dihasilkan
oleh kepala putik, kemudian akan menggembung dan berkecambah.
Perkecambahan serbuk sari secara in vitro
digunakan untuk menguji viabilitas serbuk sari. Prinsip dari perkecambahan in
vitro ini adalah menyamakan kondisi medium dengn kondisi kepala putik, tempat
dimana serbuk sari berkecambah secara alami. Kondisi lingkungan yang digunakan
harus mendekati kondisi lingkungan di kepala putik, agar serbuk sari dapat
berkecambah dengan baik.
Jika polen sesuai (compatible), polen akan
berkecambah pada kepala putik dan membentuk sebuah tabung polen yang akan
membawa gamet jantan pada gametofit betina. Senyawa protein yang terdapat pada
awal pembentukan polen disebut Lectin, berada dalam lapisan luar (exine)
dan lapisan dalam (intine). Lectin berperan penting dalam
mekanisme mengenali antara putik-polen. Namun bila polen tidak sesuai (incompatible),
pertumbuhan tabung polen akan tertahan dalam jaringan pemindah.
Bunga
yang digunakan pada praktikum kali ini adalah Bunga Pukul Delapan (Turnera ulmifolia L.), dengan
klasifikasi ilmiah seperti berikut:
Kingdom :
Plantae
(tidak termasuk) : Angiospermae
(tidak termasuk) : Eudikotil
(tidak termasuk) : Rosidae
Ordo :
Malpighiales
Famili :
Passifloraceae
Genus :
Turnera
Spesies : T. ulmifolia
Bunga Pukul Delapan
merupakan tumbuhan herbal dengan panjang bunga 2-7 cm dan lebar 1-4 cm. Bunga
mekar sekitar pukul 8 pagi dan layu sekitar pukul 12 siang. Mahkota bunga
berbentuk bulat telur sungsang, pangkalnya coklat, kuning muda diatasnya, buah
berbentuk telur. Cara perbanyakan tanaman ini adalah dengan biji. Tanaman ini
banyak ditemukan liar di tanah terlantar, tepi saluran air, dan umumnya tumbuh
berkelompok. Bunga ini juga dikenal dengan nama lidah kucing (Jawa).
Langkah yang dilakukan
praktikan adalah menyiapkan larutan sukrosa dengan konsentrasi yang berbeda (0%, 10%, 20%, dan 30 %).
Serbuk sari Bunga Pukul Delapan diambil dengan menggunakan tusuk gigi kemudian
diletakkan pada gelas object yang sudah ditetesi larutan sukrosa dan menutupnya
dengan gelas penutup. Lalu didiamkan selama 30 menit agar terjadi proses
perkecambahan. Terakhir mengamatinya di bawah mikroskop.
Hasil
dari pengamatan yang telah dilakukan menunjukkan bahwa perkecambahan polen
terjadi pada serbuk sari yang berada pada konsentrasi larutan sukrosa 0%. Pada
konsentrasi larutan sukrosa 10%, 20%, dan 30% tidak terlihat adanya
perkecambahan. Terjadinya perkecambahan ditandai dengan adanya bentuk seperti
ekor pada serbuk sari yang diamati di bawah mikroskop. Pada konsentrasi larutan
sukrosa 0% terdapat sekitar 4-5 polen yang berkecambah dari sekitar 36 polen
yang diamati.
Hal
tersebut tidak sesuai dengan teori, seharusnya semakin tinggi larutan sukrosa
maka semakin baik perkecambahan polen atau semakin banyak polen yang berkecambah.
Hal ini dikarenakan dalam lingkungan alami perkecambahan polen, polen dapat
berkecambah pada kepala putik yang menghasilkan cairan berupa sukrosa. Sukrosa
akan diserap oleh polen dan polen akan menggembung yang kemudian terjadi
perkecambahan.
Ada beberapa hal yang dapat
mempengaruhi tingkat keberhasilan, yaitu serbuk sari yang baik diperoleh dari
kuncup bunga yang telah dewasa (hampirmekar).
Pada saat itu ruang sari belum pecah dan berisi penuh dengan serbuk sari dengan
daya tumbuh yang tinggi. Serbuk sari makin lama berada di alam bebas makin
berkurang daya pertumbuhannya sampai suatu saat tidak dapat tumbuh sama sekali.
Kemampuan ini disebut dengan viabilitas serbuk sari. Berarti dalam praktikum
kali ini menunjukan bahwa viabilitas serbuk sari Bunga Pukul Delapan rendah.
Selain hal
tersebut, faktor lain yang mempengaruhi perkecambahan polen yaitu suhu. Untuk
perkecambahan polen umumnya diperlukan suhu berkisar 150C sampai 350C.
Pada suhu yang lebih tinggi akan terjadi penguapan sehingga banyak serbuk sari
yang kering. Pada suhu 400C sampai 500C banyak serbuk
sari mati. Sebaliknya pada suhu yang terlalu rendah misalnya di bawah 100C,
tidak ada serbuk sari yang dapat berkecambah. Pada umumnya suhu optimum yang
diperlukan untuk perkecambahan serbuk sari berkisar pada 250C.
Pada
praktikum yang dilakukan serbuk sari yang akan diamati diletakkan pada ruangan
dengan pendingin ruangan. Suhu pada ruang tersebut dibawah suhu optimal (250C)
untuk perkecambahan serbuk sari. Artinya pada suhu ruangan tersebut akan
menghambat perkecambahan serbuk sari.
VII.
KESIMPULAN
Berdasarkan
praktikum yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Serbuk sari atau polen adalah sebuah sel yang hidup
dan mempunyai inti (nucleus) serta protoplasma, yang terbungkus oleh
dinding sel.
2. Perkecambahan serbuk sari secara in vitro
digunakan untuk menguji viabilitas serbuk sari dengan prinsip menyamakan
kondisi medium dengn kondisi kepala putik, tempat dimana serbuk sari
berkecambah secara alami.
3. Viabilitas
serbuk sari adalah kemambuah serbuk sari untuk mempertahankan pertumbuhannya
dalam bebas.
4. Pada
proses perkecambahan, jika polen sesuai maka akan berkecambah dan membentuk
tabung polen tetapi jika polen tidak sesuai maka pembentukan tabung polen akan
terhambat.
5. Pada
larutan sukrosa 0% terjadi perkecambahan polen.
6. Pada
larutan sukrosa 10% tidak terjadi perkecambahan polen.
7. Pada
larutan sukrosa 20% tidak terjadi perkecambahan polen.
8. Pada
larutan sukrosa 30% tidak terjadi perkecambahan polen.
9. Keberhasilan
perkecambahan ditentukan oleh kondisi serbuk sari (polen), serbuk sari yang
baik diperoleh dari kuncup bunga yang telah dewasa (hampirmekar).
10. Suhu optimum
yang diperlukan untuk perkecambahan serbuk sari berkisar pada 250C.
11. Suhu
ruangan pada saat praktikum adalah faktor yang mempengaruhi keberhasilan
perkecambahan polen.
VIII.
DAFTAR
PUSTAKA
Darjanto, dan Satifah, S. 1982. Biologi bunga dan teknik penyerbukan silang
buatan. Jakarta : PT Gramedia.
Mangoendidjojo, W. Dasar-dasar
Pemuliaan Tanaman. Yogyakarta : Kanisius.
Sutopo, Lita. 2010. Teknologi Benih. Jakarta : Raja
Grafindo Persada.
IX. LAMPIRAN


Sukrosa 0% Sukrosa
10%


Sukrosa 20%


Sukrosa 30%
Tidak ada komentar:
Posting Komentar