Minggu, 11 Juni 2017

Pemanfaatan Limbah Kulit Kerang sebagai Upaya Peningkatan Kualitas Tanah Masam (Ultisol)

Pemanfaatan Limbah Kulit Kerang
sebagai Upaya Peningkatan Kualitas Tanah Masam (Ultisol)

RINGKASAN

Menurut Subagyo, dkk (2002), sekitar 38,4 juta hektar atau sekitar 29,70/0 dari 190 juta hektar luas dataran Indonesia merupakan tanah ultisol. Tanah ultisol merupakan jenis tanah yang masam atau memiliki pH rendah. Tanah masam mengandung H+ tinggi yang dihasilkan dari reaksi antara ion Al3+ dengan air. Tanah jenis ini tidak menyediakan unsur hara yang cukup untuk tanaman. Pada tanah dengan pH rendah, banyak unsur hara seperti N, P, K, Ca, dan Mg tidak tersedia bagi tanaman karena unsur hara tersebut rusak pada pH rendah. Menurut Hardjowigeno (1987), hanya unsur Fe dan Al (unsur mikro) yang tersedia pada tanah masam. Karena unsur hara yang tidak tersedia, maka tanah jenis ini dikatakan tidak subur.
Disisi lain, Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penghasilan penduduknya di dapat dari bercocok tanam atau bertani. Produksi tanaman terhambat karena adanya masalah kemasaman tanah. Keasaman tanah secara tidak langsung menyebabkan keracunan pada tanaman karena kelebihan unsur hara tertentu. Tanah asam memberikan pengaruh yang buruk pada pertumbuhan tanaman hingga hasil yang dicapai rendah. Masalah tersebut mengakibatkan kondisi perekonomian di Indonesia semakin terpuruk. Untuk itu perlu adanya tindakan untuk mengatasi masalah tanah tersebut.
Pada tanah masam perlu di naikkan pH-nya agar tanah menjadi netral. Karena tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman adalah tanah yang netral. Menurut Hadjowigeno (1987), tanah yang terlalu masam, dapat dinaikkan pH-nya dengan menambahkan kapur ke dalam tanah. Penambahan kapur ke dalam tanah disebut dengan pengapuran. Pengapuran dapat dilakukan menggunakan bahan yang mengandung Ca dan Mg. Pengapuran tanah tidak hanya untuk meningkatkan pH tetapi juga menyeimbangkan unsur hara dalam tanah. Tanah masam mengandung Al tinggi yang menyebabkan ketersediaan unsur hara lain menjadi terhambat. Ada banyak jenis kapur yang dapat digunakan untuk pengapuran tanah masam. Menurut Hakim (1986), kapur yang disarankan adalah CaCO3 atau [CaMg(CO3)2] yang digiling dengan kehalusan 100% melewati saringan 20 mesh dan 50% melewati 80-100 mesh.
Kulit kerang adalah salah satu bahan yang dapat digunakan untuk pengapuran. Kulit kerang dapat dengan mudah ditemukan di daerah pantai diseluruh wilayah Indonesia. Biasanya keberadaannya menjadi limbah dipesisir pantai. Menurut Siregar (2006), kulit kerang mengandung CaO 66,70% dan MgO 22,28%. Dengan kandungan unsur Ca dan Mg yang tinggi maka kemasaman tanah dapat berkurang. Berkurangnya kemasaman tanah dapat meningkatkan kandungan unsur hara sehingga pertumbuhan tanaman menjadi maksimal. Teknologi pengapuran dengan kulit kerang ini dapat diterapkan pada tanah ultisol di Indonesia. Sehingga produksi tanaman pertanian meningkat dengan semakin luasnya tanah yang subur.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

laporan praktikum genetika tumbuhan variasi genetik

LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA TUMBUHAN oleh, NURUL HIDAYATUN NAJAH 1604020010 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKU...